Pengalaman Baby Blues Ku di Anak Pertama
Sumber : https://www.freepik.com/free-vector/crying-baby-reasons-composition_4320614.htm#fromView=search&page=2&position=16&uuid=d3dffaf8-9a71-4849-89ea-fc84a60dda1c |
Hai semuanya, share fase paling menegangkan dihidup aku setelah jadi ibu part satu.
Pasti kalian sudah familiar dengan kata Baby Blues atau Postpartum Depression. Ini adalah gangguan psikologi yang dialami ibu yang baru melahirkan terutama ibu yang baru pertama kali melahirkan.
Depresi postpartum bisa menimbulkan serangkaian gejala. Mulai dari merasakan rasa sedih, bersalah, gagal, tidak berarti bahkan sampai merasa tidak dibutuhkan lagi, rasa yang berkecamuk memenuhi kepala ini benar-benar membuat kita kesulitan untuk mencerna dengan baik.
Kelahiran bayi memang sangat berpengaruh terhadap ibu. Bayi juga dapat memberikan dorongan perasaan dan emosi yang kuat, mulai dari kesenangan, kebahagiaan, hingga ketakutan. Banyaknya masukan dari sekitar juga bisa menambah beban ibu apalagi pasca persalinan, berbagai macam emosi ini bisa menyebabkan terjadinya depresi postpartum.
Sebagian besar ibu baru mengalami baby blues kurang lebih sekitar 2 minggu pasca melahirkan. Kondisi tersebut biasanya meliputi perubahan suasana hati, tangisan, kecemasan, kesulitan tidur, kesulitan mengontrol emosi dan kelelahan.
Namun, beberapa ibu baru mengalami bentuk depresi yang lebih parah dan bertahan lama, seperti yang aku alami sendiri sampai kurang lebih 2 tahun. Depresi postpartum bukanlah bentuk cacat karakter atau kelemahan seorang ibu, terkadang itu hanya komplikasi melahirkan menurut dokter.
Dua tahun itu sangat berat bagi aku yang terus mencari tahu cara untuk bangkit dan sembuh, mulai dari konsultasi ke psikolog dan psikeater, membaca buku tentang baby blues hingga bergabung ke group ibu muda yang mengalami hal serupa.
Jangan takut atau malu untuk memulai pengobatan dan mengkonsultasikan masalah ini ke dokter, ingat bahwa sakit mental ini bukan menandakan bahwa kita gila atau harus gila dulu baru ditangani dokter jiwa. Berfikir positif dan terbuka adalah hal mendasar agar kesehatan jiwa kita lekas pulih.
Namun langkah yang paling utama dari pengobatannya ialah dukungan dari suami, keluarga dan orang sekitar. Karena jika lingkungan ini saja belum bisa membantu atau memahami maka nihil akan sembuh dari baby blues.
Mengapa aku bisa mengalami baby blues?
Sebelum aku menjelaskan alasan bisa terkena Baby Blues, aku ingin kalian memastikan juga apakah sudah benar-benar siap menjadi ibu atau belum. Jika kalian yang belum menikah, pastikan bahwa pasangan paham dan sadar konsep berumah tangga seperti apa. Jangan sampai masih ada yang berfikir bahwa kerjaan istri adalah anak, dapur dan kasur.
Suatu kebanggaan untuk aku yang baru menikah sudah langsung dapat momongan, tapi pada dasarnya aku belum terlalu siap saat itu (bukan tidak bersyukur), itulah kenapa seperti yang aku bilang tadi bahwa penting menyiapkan mental saat mau berumah tangga karena kita tidak bisa memperediksi akan dapat momongan cepat atau lambat.
Apakah suami dan keluarga tidak perduli?
Tidak semua benar, namun (fakta) bahwa suamiku kurang berwawasan dalam kasus ini, tapi yang paling aku syukuri beliau siap membantu dan menggenggam tanganku untuk ke tahap pengobatan dan teraphy.
Bentuk depresi apa yang aku alami?
Sulit tidur atau Insomnia.
Mood Swing (gampang sedih dan gampang bahagia).
Mudah marah atau tempramental.
Sensitif dan sering merasa tidak berguna.
Terkadang muncul penyesalan.
Menyakiti diri sendiri tapi masih dalam kategori ringan (menjambak rambut).
bentuk lainnya seperti melamun, tiba-tiba menangis tanpa sebab dan sering linglung atau gampang lupa.
Lalu bagaimana cara aku mengatasi baby blues?
Aku mulai dengan menulis diary atau catatan keseharianku, ini penting agar nanti saat ingin konsultasi dengan psikolog/psikeater akan memudahkan dokter dalam mendiagnosa separah apa gangguan mental yang kita alami.
Konsultasi ke dokter, jika ke psikolog penanganan dari mereka adalah mendengarkan curahan hati, unek-unek, keluhan dll. Biasanya di psikolog kita tidak cukup hanya satu sesi, butuh beberapa kali pertemuan agar lebih cepat sembuh.
Berbeda dengan Psikolog, Psikeater menangani pengobatan dengan cara memberi obat seperti obat penenang dll. Kebetulan aku sudah mencoba dua-duanya hehe
Kemudian wajib untuk kita yang mengalami baby blues memiliki tong sampah (teman curhat) supaya unek-unek dihati bisa tersalurkan dan lebih lega.
Terakhir balik ke orang sekitar, penting sekali untuk memberi tahu mereka saat kondisi kita sedang tidak stabil, seperti bilang
"aku sedang kesal, tolong bantu aku menjaga anak dan beri aku ruang" atau
"perasaan ku sedang tidak stabil, tolong jangan diambil hati apabila ada perkataan dan sikap yang menginggung".
Masih banyak hal lain tentang postpartum depression ini, next akan aku ulas lebih mendalam dan detail.
sampai sini dulu, next time akan aku share lagi pengalaman- pengalaman lainnya semenjak menjadi ibu muda yang sekarang sudah jadi super hero hehehe
0 comments